Pernyataannya dan Perbuatanmu


Hingga minggu selanjutnya kabar dari Ringgo tak pernah datang. Sengaja kali ini ku biarkan saja komunikasi kami terputus. Ya mungkin kali ini aku semakin lelah menghadapi Ringgo yang aku rasa semakin membentangkan jarak di hubungan kami.

Siang ini, aku ada janji makan siang dengan Rani. Rani memaksa bertemu karena banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada ku. Ahh, tak ingin rasanya membahas Ringgo di pertemuan dengan Rani.
"Fan, gw udah di kampus lw. Lw lagi dimana?", pesan Rani.
"Iya gw mau keluar. Mau makan kemana memang kita? Jangan jauh jauh jam 3 gw ada kelas lagi.", balasku.
"Yaudah gw tunggu di parkiran ya.", balas Rani.

Kuhampiri Rani yang sedang berdiri dibawah pohon dekat mobilnya diparkir.
"Kok lw keluar sih, ayuk jalan keburu kesiangan.", ucapku.
"Lw ga bawa mobil? Bensin gw tekor nih.", ucap Rani sambil nyengir.
"Dasar ga modal. Lw yang nyetir ya", ucapku sambil melempar kunci ke Rani.
"Siap bos", ucap Rani sambil mengikutiku menuju mobilku yang diparkir agak jauh dari tempat Rani.

Kami pun akhirnya singgah di warung makan mahasiswa yang tidak jauh dari lokasi kampus. Ranipun mulai membuka pembicaraan.
"Gimana ceritanya Ringgo ga ngabarin apa apa?", tanya Rani penasaran.
"Tau deh", ucapku sambil mengangkat bahu.
"Males juga gw bahasnya. Sampe sekarang aja boro boro dia telepon gw, whatsapp aja ngga. Yaudah gw cuekin aja.", tambahku.
"Cape gw Ran. Kepikiran untuk gw nyerah", ungkap ku.
"Lw ngalah deh coba whatsapp dia duluan, kali aja dia kenapa kenapa.", saran Rani.
"Dari kemarin gw duluan yang usaha, gw duluan yang menghubungi tapi tetap aja selalu gw yang kecewa. Apa iya sekarang gw hubungin dia lagi', balasku.
"Ini udah lebih dari 1 minggu dari waktu kita janjian loh Ran.", tambahku semakin sedih.
"Lw yang sabar ya Fan. Tapi baiknya segera lw selesaikan masalah lw sama Ringgo. Jangan sampai ini jadi buat pikiran untuk lw malah ganggu kuliah atau buat lw sakit.", ucap Rani lembut.
"Iya Ran, thanks ya", ucapku sambil tersenyum simpul.

Kembali kekampus, sambil menunggu jam kuliah di kelas, kubuka kembali pesan pesan yang kukirim untuk Ringgo. Kubaca ulang semuanya, hingga ku putuskan besok untuk menghubungi Ringgo kembali.
"Hanya kali ini aja ya Go. Setelah ini mungkin aku ga akan memulai lagi", lamunku kesal.
Jam kelas dimulai. Setelahnya kulanjutkan dengan mengerjakan tugas dengan teman teman ku.

Kuliahku hari ini tidak padat, sebelum jam makan siang sudah selesai. Tepat untuk mengajak Ringgo makan siang bareng dan menyelesaikan masalah kami. Kubuka handphoneku, kucari nomor telepon Ringgo. Sebelum aku memencet tombol dial, tiba tiba ada telepon masuk dan dari Randi. Kuangkat telepon Randi.
"Iya Ran, kenapa?", ucapku
"Lagi apa Fan?", tanya Randi.
"Ini gw mau pulang.", balasku.
"Ohh.. gitu. Yaudah gw samper ya. Tunggu didepan kampus 10 menit lagi ya.", ucap Randi sambil menutup teleponnya.

Entah kenapa aku mengikuti perintah Randi dan menunggu didepan kampus. 10 Menit kemudian Randi sudah memarkir mobilnya didepanku dan membuka jendela samping untuk menyapaku.
"Ayo Fan masuk.", ujarnya dari dalam mobil.
"Mau kemana kita?", tanyaku.
"Udah pokoknya percaya aja sama aku. Mumpung masih siang jadi nanti kita bisa lama disana", jawab Randi.

Aku hanya diam duduk dibangku samping Randi. Kami saling ngobrol dan Randi banyak bercerita tentang kuliahnya dan setresnya dia di kampus.Tanpa sadar kami sudah membeli tiket masuk Ancol.
"Looh Ran, kok kita kesini?", tanyaku.
"Memang mau main ke Dufan.", jawab Randi.
"Kamu kan udah aku ceritain aku sedang ingin melepas penat Fan, kamu juga lagi bete sepertinya waktu terakhir aku telepon. Jadi kita bisa sama sama ngelepas penat deh.", ungkap Randi.
"Hmmm.. karena sudah sampe sini.. Hayoo kita have fuunn..", ucapku bersemangat.
"Nah gitu dong.. kan jadi semangat akunya.", ungkap Randi.

Karena itu bukan hari libur, kami puas naik hampir semua wahana di Dufan, mulai dari permainan ekstrim sampai permainan yang menyenangkan. Perjalanan hari itu pun kami tutup dengan naik bianglala sambil menunggu sunset.
"Kita naik ini berduaan doang, berasa lagi ngedate", candaku sewaktu bianglalanya mulai naik.
"Memang kita lagi ngedate.", balas Randi.
"Maksudnya?", tanyaku penasaran dengan balasan pernyataanku.
Randi secara tiba tiba memegang tanganku.
"Aku sayang sama kamu Fan. Aku tahu kamu sudah punya pacar, bahkan aku tidak bisa mengalah dengan pacar kamu. Aku yakin aku le,bih bisa ngebahagiain kamu dibandingkan dia.", ucap Randi pelan.
"Dibandingkan dia aku akan lebih bisa buat kamu bahagia, buat kamu ketawa kaya gini", tambah Randi.
Kulepaskan pegangan tangan Randi.
"Tapi Ran", suaraku tercekat.
"Aku senang jalan sama kamu, cerita banyak hal sama kamu. Tapi aku sayang sama Ringgo, Ran. Kami memang sedang punya masalah. Tapi bukan berarti aku bisa punya hubungan dengan laki-laki lain kan? Aku bukan wanita seperti itu Ran", ungkapku.
"Please kasih aku waktu. Biarin aku selesain masalah aku dengan Ringgo dan kasih aku waktu untuk mikirin semuanya dulu", tambahku.
"Okay, aku akan tetap nunggu kamu Fan. Aku harap kamu kasih aku kesempatan untuk bahagiain kamu. Dan aku harap kita bisa sama sama", ungkap Randi dengan muka polos.
Aku hanya bisa tersenyum tipis dan tidak tahu harus memberikan jawaban apa. Aku bahagia jalan dan ditemani Randi tapi aku sayang dengan Ringgo. Tapi apakah sayang saja cukup untuk melanjutkan hubungan kami.

Pulan dari Dufan, Randi mengantarkan aku pulang kerumah.
"Thanks ya Ran udah nganterin pulang dan hari ini aku senang banget", ungkapku.
"You are welcome Princess.", ucapnya.
"Gw juga senang banget hari ini bisa jalan sama lw.", tambahnya.
"Hati hati di jalan", tambahku sambil keluar dari mobil dan dibalas senyum simpul oleh Randi
Aku berdiri disisi pagar sampai mobil Randi benar benar pergi.

Sambil menaiki tangga aku berpikir terus apa iya yang gw lakuin ini benar. Apakah iya, Randi lebih baik dari Ringgo. Ketika masuk kerumah tiba tiba mama memanggilku dari meja makan.
"Sayang, tadi Ringgo kesini loh nyariin kamu.", ucap Mama.
"Iyakah ma?", balasku.
"Tadi sempat nemanin Papa ngobrol sambil nunggu kamu pulang cuma kamu pulang malam banget. Tumben jam segini baru pulang", tambah mama.
"Iya tadi ada acara dengan teman ma", jawabku
"Coba telepon Ringgo. Kasian dia nunggu daritadi.", tambah mama.
"Iya ma nanti Fani telepon Ringgo", tambahku.

Tidak biasa Ringgo meluangkan waktunya untuk main kerumahku. Akhirnya kukirimkan pesan untuk Ringgo.
"Kamu tadi kerumah?", pesanku.
Kukirim pesan sesingkat mungkin lalu kutinggal handphoneku mandi. Begitu selesai mandi, kubuka handphoneku ada 2 missed call dari Ringgo dan 1 missed call dari Randi serta 2 pesan.
Pesan dari Ringgo, " Iya sayang, tadi aku kerumah cuma kamu lagi ngga dirumah ternyata. Aku nunggu cuma ga enak sama papa mama kalau kemalaman jadi aku pulang deh. Kita besok bisa makan siang bareng?".
Pesan dari Randi, "Thanks ya hari ini udah jalan sama aku. Aku akan nunggu kamu Fan. Aku sayang kamu.".

Kubalas pesan dari Ringgo singkat.
"Besok aku tunggu dikantin teknik.", balasku.

Banyak sekali pikiran dikepalaku tentang Ringgo, tentang Randi. Kubiarkan handphoneku dalam kondisi silent karena aku ingin benar benar memikirkan semuanya dengan sebaik baiknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Learning Technologist? Apa itu?........................Part 1

3 Rekomendasi Buku yang Mengubah Pola Pikir dan Bagaimana Menjalani Hidup

Pagi dengan Hati yang Merindu......