Siang Itu

Seperti biasa, siang inipun aku kembali duduk dibangku yang sama ditempat yang sama. Termangu disini sembari menunggu pesan text yang biasanya hanya kamu kirim dipagi dan siang hari. Menunggu pesan yang biasanya kamu kirim, sekedar mengingatkan makan siang. Sengaja ku tahan tanganku untuk mengirim pesan duluan terhadap mu semenjak intensitas pertemuan kita yang mulai berkurang sejak dua bulan yang lalu.
Biasanya bisa pulang dan pergi bersama kekampus, saat ini untuk sekedar mengingatkan makan siang pun mulai terasa menghilang.
Handphoneku berdering pelan, ada pesan masuk.
Kucoba menenangkan diri dan berusaha memperlambat ritme membuka pesanku.
Berharap kalau itu kau yang mengirim pesan dan aku berusaha melakukan gerakan tarik ulur kepadamu.
Kuturunkan penanda notifikasi dari bagian paling atas layar teleponku.
"Ah, ternyata Rani', keluhku.
Kubaca pesan dari Rani.
"Fan, tunggu gw bentar ya, dosennya ada kuis mendadak. Jadi mungkin telah setengah jam gw kesana. Tunggu bentar nanti gw traktir batagor deh.", pesannya.
"It's okay, gw juga baru sampe kok. Take your time Ran, ga usah buru buru.", balasku cepat.

Aku duduk termangu melihat instagram. Tak jarang sesekali ku buka akun Ringgo. Iya Ringgo yang ku tunggu pesannya. Ringgo adalah kekasihku. Kami berkenalan sejak masuk universitas. Tugas OSPEK lebih tepatnya. Sewaktu itu tugasnya mengenal dan mengajak berfoto sebanyak banyaknya teman diluar jurusannya, bahka diluar fakultasnya. Waktu itu aku sedang duduk dan ngobrol dengan teman teman baru di fakultasku FISIP, dan dia tiba tiba menghampiri mengajak berkenalan dan berfoto. Setelah itu, dia meminta nomor telepon ku hingga akhirnya kami sering berkomunikasi.

Aku telah diberi kabar kalau pekerjaan dan kegiatan penelitiannya sedang full hingga dia akhirnya harus mengurangi intensitas bertemu dengan ku sejak 2 bulan yang lalu. Tapi aku tak menyangka kalau intensitas komunikasi kami juga berkurang semenjak itu. Dan semenjak itu pula aku sering duduk disini. Menunggu kesempatan bertemu dengan Ringgo untuk sekedar makan siang bersama atau ngobrol sebentar dan melihat keadaannya.

Tapi siang itu sama seperti siang siang lainnya. Tidak pernah kutemukan kesempatan bertemu ataupun sekedar melihatnya berseliweran di kantin ini.
"Apa ada kantin teknik lainnya ya? Atau Ringgo selalu melewatkan jam makan siangnya", pikirku.

Setengah jam lebih hingga akhirnya Rani mengagetkan ku dari belakang.
"Hey non, dilarang melamun disini, nanti digangguin abang batagor loh", celotehnya.
"Gile lw lama banget, katanya setengah jam", balasku sambil kaget.
"Katanya take your time, yaudah gw bahas sedikit tugas dulu deh sama temen gw baru meluncur kesini, nyamperin ibu bucin, yang lagi ngarep disamperin pacarnya.", candanya.
"Siaalll", ungkapku dengan muka pura pura ngambek.
"Hahaha.. Sorry bu, pesan apa lw? Gw tadi sekalian pesan baso favorit gw", ungkap Rani
"Lw ga mau ditraktir tadi kan? Gw kira lw udah makan duluan. Pasti ngelamun doang disini. Parah sih lw", tambahnya.
"Iya ga usah dibahas deh. Bikin mood jelek aja. Yaudah gw pesan batagor dulu deh. Jagain kursi gw", ucapku.
"Yaelah kursi doang, hati elu aja gw jagain Fan", Canda Rani.
"Dasar Bucin", candaku.

Aku berdiri dan membalikkan badan dengan tiba tiba. Tak sadar aku menabrak seorang laki laki yang sedang membawa minuman.
"Aduuh, sorry. Gw ga sengaja", ungkapku.
"Huuhh... It's okay", sambil melihat celananya yang terkena tumpahan air.
Aku respon cepat mengambil tisu dari tasku untuk menolongnya.
"Sorry ya, gw ga sengaja", tambahku sambil membersihkan sisa air di celana dan bajunya dengan tisu.
"It's okay", ungkapnya sambil tersenyum dan mengambil tissue dari tanganku.

Laki-laki itu benar benar tampan menurutku. Matanya coklat, rambutnya hitam dan agak berantakan. Khas anak teknik yang badboy tapi manis.

"Serius gapapa? Sekali lagi sorry ya..", ungkapku.
"Ya, gapapa.. Gw duluan ya", ucapnya.
"Ya...", tambahku.

Rani hanya duduk sambil melihat adegan kami. Sekembalinya memesan batagor, aku kembali duduk dan sedikit nyerocos ke Rani.
"Gile lw ye, gw kenapa kenapa sama orang bukannya bantuin malah diem aja", ucapku.
"Yaelah gitu doang lw kan udah gede ga akan diapa apain lw. Lagia liat tuh dia aja santai aja. Lw aja yang kaya kebakaran jenggot. Kaya abis nabrak presiden aja.", celoteh Rani.

Kulihat laki - laki itu dari kejauhan. Dia duduk dan berbincang dengan teman temannya.
"Benar Rani, tidak ada masalah sepertinya", pikirku.

Siang itu kulanjutkan bercerita dengan Rani, sambil makan siang disana.
"Tapi kamu pun tidak pernah muncul Go. Seperti awan yang tidak muncul dikala terang, seterang siang itu, disitupun kamu tidak ada.", pikirku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Learning Technologist? Apa itu?........................Part 1

3 Rekomendasi Buku yang Mengubah Pola Pikir dan Bagaimana Menjalani Hidup

Pagi dengan Hati yang Merindu......